Laman

Selasa, 22 Agustus 2017

kita dan Al-Qur'an



Kalau mau Al-Qur’an mencintai kita. Kita harus memulai dengan mencintainya dahulu. Masing-masing ada perjuangannya.

Baca terus. Saat tubuh tak sangup buat bil-ghoib, baca dengan bin-nadhor.
Kunci dari lancarnya hafalan adalah seringnya dibaca, dimurojaah. Nderes sampai khatam. Ulama zaman dulu sebelum wafat bisa khataman 2000-3000 kali. Kita? Buat target paling minimal khatam sekali dalam seminggu. Usahakan sepenuh hati.

Al-Qur’an itu akan menenangkan juga menyenangkan kita. Membersihkan dosa. Memberi syafaat kelak. Satu huruf bernilai sepuluh pahala.
Jadikan ia kawan dunia akhirat.

Jika masih lelah karena membaca Al-Qur’an, muhasabah! Mungkin cahaya Al-Qur’an belum masuk ke dalam hati. Tetap baca terus, sampai hati melembut.

Sekali lagi, jangan bilang lelah karena membaca Al-Qur’an. Ada yang mencatat tiap omongan kita. Dan ya, tiap omongan yang terucap bisa menjadi doa bukan? Apalagi penghafal Al-Qqur’an, yang kata orang-orang bicaranya bisa dijadikan do’a. Biasakan berdoa baik, bersikap baik. Jangan doakan buruk untuk orang lain, setiap doa yang terucap akan diaminkan malaikat dengan doa yang sama.

Biasakan doa baik untuk semua orang. Toh, jika kita lupa berdoa untuk diri sendiri, Allah akan mengijabah dengan doa yang sama bukan? Kebaikan itu selalu kembali pada diri sendiri.

Lalukan semua hal dengan ikhlas, ikhlas nderes liridhoillah! Ilmu tanpa amal tak akan bermanfaat, dan amal tanpa ikhlas hanya akan sia-sia. Gak mau hanya mendapat lelah saja kan?

Yuk, khusnuddzan padda diri sendiri dan Allah. Jangan bicara negatif tentang diri sendiri dan Al-Qur’an. Lancar itu soal waktu, usaha, dan sabar. Jika sudah ikhtiyar dan do’a, tinggal sabar menunggu sampai semua menjadi nyata. Semangat Lillah, neng..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar