Kalau mau Al-Qur’an mencintai kita. Kita harus memulai dengan
mencintainya dahulu. Masing-masing ada perjuangannya.
Baca terus. Saat tubuh tak sangup buat bil-ghoib, baca dengan
bin-nadhor.
Kunci dari lancarnya hafalan adalah seringnya dibaca,
dimurojaah. Nderes sampai khatam. Ulama zaman dulu sebelum wafat bisa khataman
2000-3000 kali. Kita? Buat target paling minimal khatam sekali dalam seminggu. Usahakan
sepenuh hati.
Al-Qur’an itu akan menenangkan juga menyenangkan kita. Membersihkan
dosa. Memberi syafaat kelak. Satu huruf bernilai sepuluh pahala.
Jadikan ia kawan dunia akhirat.
Jika masih lelah karena membaca Al-Qur’an, muhasabah! Mungkin
cahaya Al-Qur’an belum masuk ke dalam hati. Tetap baca terus, sampai hati
melembut.
Sekali lagi, jangan bilang lelah karena membaca Al-Qur’an. Ada
yang mencatat tiap omongan kita. Dan ya, tiap omongan yang terucap bisa menjadi
doa bukan? Apalagi penghafal Al-Qqur’an, yang kata orang-orang bicaranya bisa dijadikan
do’a. Biasakan berdoa baik, bersikap baik. Jangan doakan buruk untuk orang
lain, setiap doa yang terucap akan diaminkan malaikat dengan doa yang sama.
Biasakan doa baik untuk semua orang. Toh, jika kita lupa
berdoa untuk diri sendiri, Allah akan mengijabah dengan doa yang sama bukan? Kebaikan
itu selalu kembali pada diri sendiri.
Lalukan semua hal dengan ikhlas, ikhlas nderes liridhoillah!
Ilmu tanpa amal tak akan bermanfaat, dan amal tanpa ikhlas hanya akan sia-sia. Gak
mau hanya mendapat lelah saja kan?
Yuk, khusnuddzan padda diri sendiri dan Allah. Jangan bicara
negatif tentang diri sendiri dan Al-Qur’an. Lancar itu soal waktu, usaha, dan
sabar. Jika sudah ikhtiyar dan do’a, tinggal sabar menunggu sampai semua menjadi
nyata. Semangat Lillah, neng..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar